ONANI


Perkataan ini mungkin agak janggal untuk difahami, namun mungkin apabila disebut lancap, ia lebih mudah untuk difahami. Secara mudahnya, onani/lancap merupakan satu bentuk perbuatan untuk melempiaskan nafsu seks tanpa melibatkan pasangan. Perbuatan ini acapkali dilakukan oleh muda-mudi tidak kira lelaki atau perempuan yang mana majoritinya masih belum bernikah.

Hukum Onani menurut Islam:

1. Jawapan oleh Sheikh Salman al-Oadah

The ruling on masturbation is a matter of disagreement. Some scholars say it is lawful, others say it is not preferred, while a third group of scholars says that it is unlawful.

The most likely of these opinions - and Allah knows best - is that masturbation is something that is not preferred. In case of a dire need, it becomes lawful, but resorting to it excessively can result in serious problems.

It’s most serious harm is that the young man who does it feels a severe regret – particularly if he is pious – hates himself and can become afflicted with depression. It may lead him to weakness in strength, particularly if he tries to give it up and fails.

It is worth saying that even if it is deemed to be unlawful, it is a misdeed such as other misdeeds that could be expiated by repentance and asking Allah for forgiveness.

The young people who do this should not let themselves fall into depression and go too far in blaming themselves and wallow in feelings of deep sadness. It is surprising that many people do sins more serious than masturbating – such as lying, backbiting and sleeping through the time of Morning Prayer – but they do not blame themselves with a fraction of the blame they feel after masturbating.

In fact, they deal with masturbating too sensitively, which affects their other aspects of life like dealing with others, their education or their worship.

It is preferable to deal with everything fairly, as Allah determines everything in a balanced way.


2. Jawapan Syeikh Dr Yusof Al-Qaradawi

Kadang-kadang darah pemuda bergelora, kemudian dia menggunakan tangannya untuk mengeluarkan mani supaya alat kelaminnya itu menjadi tenang dan darahnya yang bergelora itu menurun. Cara semacam ini sekarang dikenal dengan nama onani (bahasa Arabnya: istimta' atau adatus sirriyah).

Kebanyakan para ulama mengharamkan perbuatan tersebut, di antaranya Imam Malik. Beliau memakai dalil ayat yang berbunyi:

"Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya kecuali terhadap isterinya atau hamba sahayanya, mereka yang demikian itu tidak tercela. Tetapi barangsiapa mau selain yang demikian itu, maka mereka itu adalah orang-orang yang melewati batas." (Al-Mu'minun: 5-7)

Sedang orang yang onani adalah melepaskan syahwatnya itu bukan pada tempatnya.

Sedang Ahmad bin Hanbal berpendapat, bahawa mani adalah barang lebihan. Oleh karena itu boleh dikeluarkan, seperti memotong daging lebih.

Pendapat ini diperkuat oleh Ibnu Hazm. Tetapi ulama-ulama Hanafiah memberikan Batas kebolehannya itu dalam dua perkara:

  1. Karena takut berbuat zina.
  2. Karena tidak mampu kawin.

Pendapat Imam Ahmad ini memungkinkan untuk kita ambil dalam keadaan gharizah (nafsu syahwat) itu memuncak dan dibimbangkan akan jatuh ke dalam haram. Misalnya seorang pemuda yang sedang belajar atau bekerja di tempat lain yang jauh dari negerinya, sedang pengaruh-pengaruh di hadapannya terlalu kuat dan dia bimbang akan berbuat zina. Karena itu dia tidak berdosa menggunakan cara ini (onani) untuk meredakan bergeloranya gharizah tersebut dan supaya dia tidak berlaku zina.

Tetapi yang lebih baik dari itu semua, ialah seperti apa yang diterangkan oleh Rasulullah s.a.w. terhadap pemuda yang tidak mampu berkahwin, iaitu kiranya dia memperbanyak puasa, dimana puasa itu dapat mendidik beribadah, mengajar bersabar dan menguatkan kedekatan untuk bertaqwa dan keyakinan terhadap penyelidikan (muraqabah) Allah kepada setiap jiwa seorang mu'min. Untuk itu Rasuluilah s.a.w. bersabda sebagai berikut:

"Hai para pemuda! Barangsiapa di antara kamu sudah ada kemampuan, maka kahwinlah sebab dia itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung." (Riwayat Bukhari)

Dipetik dari kitab al-Halal wal Haram fil Islam

Onani dari sudut Kesihatan:

Nasihat Dr Ismail Thamby

Anda boleh bayangkan tekanan yang diberi kepada anggota sulit dan sistem syahwat apabila beronani. Jika anda melakukan onani secara luar biasa seperti rangsangan seksual secara kasar dan kuat untuk mengecapi klimaks, mungkin apabila beristeri, anda mendapati bersetubuh dengannya tidak memberi kepuasan seperti anda kecapi secara onani.

Masalah ini dikenali sebagai ‘Traumatic Masturbatory Syndrome’. Yang menimbulkan masalah ialah onani mengakibatkan klimaks anda berlaku dengan cepat, yang jika berterusan dan diamalkan akan mengakibatkan anda tidak dapat bertahan lama apabila mengadakan hubungan seksual sebenar.

Selain itu, jika merangsang anggota sulit dengan ganas sehingga mengakibatkan ia sakit dan bengkak, mungkin satu hari nanti anda mengalami mati pucuk apabila kerosakan lama menunjukkan kesannya.

Kesimpulan:

"Bernikahlah jika mampu."

Comments

Ayasu Kuro-Obi said…
salam...weh...mu abih doh exam blom.. kalu dah abih gi istimta' gih...hihih